#CERPEN1 BELENGGU (2012)
Matahari menghantarkan
energinya dalam jutaan kegundahan. Dalam canda dan tawa memainkan rerumputan
nan hijau memukau. Menelusuri rangkaian urat nadi yang menggetarkan lara. Membasmi parasit yang menghantam bumi pertiwi. Dalam sebuah gedung sekolah, ku
berbaring menatap langit-langit. Terlihat biru namun bukan gambaran tiga
dimensi selayaknya nyata. Seperti bahasan nyata, diperbesar lalu terbalik
pembelajaran fisika yang baru ku pelajari.
Petikan
gitar membawa keselarasan untuk menyambut datangnya hujan. Bernyanyi layaknya
sang diva sekolah. Berteriak sesuka layaknya tarzan kota. Dan bercanda gurau
menghapus kegundahan dalam detik kujalani. Sekolah merupakan tempat tinggalku
yang kedua, dimana aku dapat merasakan kegembiraan, kesedihan dan perjuangan
untuk mendapatkan sebuah ilmu.
Bertubuh
tinggi, mudah bergaul dan pandai bernyanyi. Itulah julukan bagiku. Kenanga Dewi
Anugrah.
“Happy
Birhtday Nana. Happy Birthday Nana. Happy Birthday Happy Birthday Happy
Birthday Nana...”
Nana,
begitulah mereka memanggilku.
“Make
a wish nya jangan lupa Na” Cheryl memberikan kue ulangtahunnya.
Tanpa
ku mengucap kata pun, mereka telah mengerti apa mauku. Oleh karena itulah
kupanggil mereka sahabat. Beribu rasa terimakasih dalam usia enambelas tahunku
ini, aku memiliki teman-teman yang menyayangiku, keluarga yang selalu
disampingku dan terutama atas segala Anugerah dari-Mu.
Malamnya
ketika kebahagiaan terasa sangat jelas terucap, notebook itu menggodaku untuk
digunakan. Ku berlari menghampiri, dengan rasa bahagia dan lelahnya hari ini.
“Kejutan yang tak akan pernah aku lupakan” sahutku pada miror itu.
Tertuju pada jejaring sosial yang sedang marak dalam
perubahan jaman ini. Masuk dan bermain. Dan tentunya yang sering kalian
ketahui, bernama Facebook. Pertemanan
yang cukup banyak membuat pemberitahuan sangat amat banyak memasuki dinding
halamanku. Dalam salah satu pesan yang diberikan, kulihat namanya. Dia bernama Fajar.
Fajar Saputra. ‘Aku mengetahuinya’ gumamku.
Entah dengan alasan apa keseriusanku untuk mengetahui
seluk beluk Fajar. Aku mulai membuka akun facebooknya, memerhatikannya di
sekolah dan terlihat jelas ketika sebuah pesan singkat datang menghampiriku
yang benar saja pesan singkat itu bertuliskan pengirim dengan nama Fajar.
Tak disangka, pembicaraan mengenai Fajar terlalu mudah
untuk diperbincangkan. Menjadi topik terhangat dan menjadi gurauan para remaja.
Fajar dikenal sebagai lelaki yang mudah dekat dengan wanita. Teman-temanku saja
ketika mengetahui aku dekat dengan Fajar, tak suka setengah mati. Mereka terus
membujukku untuk tidak dekat dengan Fajar karena menurut mereka Fajar tak baik
untukku.
“hey Na, serius lo mau pacaran sama Wisnu?” tanya salah
satu sahabatku yang bernama Maudi.
“Gue.....” jawabku tegas.
“Lo gak pernah mikir konsekuensinya ya Na?” saran temanku
yang sedari tadi acuh tak acuh dalam pembicaraan ini.
“Harus nunjukin apa lagi kekalian buat ngebuktiin kalau
gua bener-bener serius!”
Saran-saran, komentar dan cemoohan ku dapatkan. Selalu mengusap
dada, membiarkan hati ini menyadari kesungguhanku. Selagi janur kuning belum
melengkung kita masih bebas untuk memilih siapapun untuk menjadi pasanagan
hidup kita, itulah saran yang kudapatkan melalui bait lagu yang terdengar
manis.
Siang itu, ketika cahaya tertutup oleh pancaran yang tak
bisa dibiaskan. Sepertinya akan ada pertemuan yang tak biasa. Fajar mengirim
sebuah pesan singkat yang berisi bahwa dia akan mengajaknya untuk pulang
bersama. Sungguh, kata tak terucap. Bisu untuk berucap. Hanya kegundahan
mengusik isi hati. Getaran yang semakin kencang, layaknya angin topan mendera
bumi berputar.
Perjalanan dari sekolah menuju rumahku terasa sekejap.
Hingga ku menyalahkan waktu yang berlalu begitu cepat. Sebenarnya ketika
perjalanan berlangsung dan dalam diam itu, dia dapat memecahkan kesunyian.
Hingga kebahagiaan terucap pada bulan Maret 2012 itu. Sesampainya di halaman
rumahku, rasanya tak ingin kujatuhkan tubuhku pada ubin ini.
“Boleh aku berbicara sebentar Nana?”
“Apapun silahkan” jawabku terbata-bata dalam melafalkan
bacaannya.
“Maukah kamu menjadi salah satu bagian dari hidupku? Yang
akan berpasangan dengan tulang rusuk ini? Yang akan selalu berbagi canda dan
tawa, kesedihan dan perjuangan hidup?”
Sepertinya sebelum aku berucap kata ‘Ya’ atau ‘Tidak’,
hati ini sudah dengan cepat membalasnya. Ternyata degup jantung ini tak bisa
dihindari, semakin hari semakin kuat. Rasanya ingin berteriak sekeras yang aku
bisa untuk mengungkapkan rasa bahagia. Dan tanpa ragu pun aku menjawabnya “Ya,
aku mau”.
Waktu terus bergulir. Hingga sang fajar kembali bersama
embun pagi. Disambut burung-burung yang bersiul indah dan cahaya matahari yang
semakin terpancar. Kembali kepada cerita
cinta, saat itulah cerita baru dimulai dengan melalui kebahagiaan. Terjalin
terlihat manis. Terjalin terlihat indah. Terjalin dalam dekapan naungan-Mu, dan
semakin ku meyakini bahwa aku akan membuktikan pada sahabatku semuanya bahwa Fajar
tak seperti yang mereka bayangkan.
Delapan bulan pun berlalu.
Dalam delapan bulan ini, Fajar menghantarkanku pada jalan yang berliku.
Melewati berbagai polemik kehidupan, menciptakan sebuah tangis dan tawa, dan
memberikan ketulusan, keikhlasan dan juga kebahagiaan.
Hari
silih berganti. Siang berganti malam. Dan dalam sebuah percakapan yang terjalin
biasa, sahabat-sahabatku mulai menyadari adanya kebahagiaan yang nyata. Setelah
dipikir ulang, untuk apa selalu bermusuhan. Melalui pertemanan pun berbagai
cerita akan terus kujalani.
Aku
sengaja tak membalas pesan singkat Fajar. Dengan alasan yang sesungguhnya
adalah saldo yang tidak mencukupi untuk mengirimkan sebuah pesan lagi. Namun
aku tergoda pada sebuah jaringan sesosial yang mematung dan memintaku untuk
memainkannya. Dibukanya handphone mamah –ku itu, lalu ku memainkannya.
Dalam
suatu hari yang tergambar pada siang hari, dalam suatu tempat yang terhalang
oleh waktu dan dalam sebuah pesan singkat yang terucap kata menyakitkan, Break.
“Maaf
Nana, untuk saat ini aku ingin break dahulu” ajak Fajar sesuka hatinya.
“kenapa
harus seperti ini?” tanyaku penuh emosi.
“Yang
terpenting kita belum putus kan?” dengan nada santainya.
Sudah
dapat diartikan walau tak harus mengucapkan dengan beribu macam alasan. Dia tak
menyayangiku kembali, dia tak menyadari adanya diriku dan dia berpaling karena
ada wanita lain. Ya, wanita lain. Dia bernama Fazidya yang dikata teman
sekelasnya itu.
Rumor
yang beredar saat Fajar berpacaran dengan yang lain. Maka dari itu, tegaslah
dalam berprilaku sebelum semuanya berakhir dengan sia-sia.
Sudah
memakan waktu tiga minggu untuk menghabiskan waktu diamku dan diam Fajar. Aku
mulai memberanikan diri untuk bertanya kepadanya. Walau dalam pembicaraan itu
terdapat candaan yang seharusnya tak dilakukan olehku dan juga olehnya.
Indah
selama delapan bulan berlalu dengan tangis dan tawa. Dalam delapan bulan itu,
aku menggantungkan harapku pada lelaki itu. Dalam delapan bulan itu, aku
membiarkannya untuk menguasai isi hatiku. Dan berakhir dalam delapan bulan ini.
Namun Fajar berkata padaku, kita masih berteman dan itu tak akan pernah
berakhir J
Hallo! Ini #CERPEN1 berjudul "Belenggu".
Nemu cerpen di folder lama dan dibuat pada tahun 2012. Semoga bermanfaat dan terus berkarya!
0 Comments